Gemz Wardh

Live From Us to you who really care about word and life.

Powered By Blogger

Menuntut ilmu di Desa Ngusikan

Mengesankan. Cuma itu yang bisa aku ucapkan setelah pulang dari aktivitas KKN di Desa Ngusikan Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang tanggal 5-16 Juli 2010 yang lalu. Sayangnya aktivitas disana memakan nyawa dengan meninggalnya teman dekatku selama 3 tahun ini, yaitu HP Nokia 6020 dikarenakan kecerobohanku sendiri saat secara tak sengaja HP kesayanganku tersebut jatuh didalam bak mandi. Akibatnya kini HP tersebut sudah berstatus RIP. Oiya, kalo ada yang berminat dengan HP ku, maksudnya mungkin ada yang tertarik dengan LCD nya, kardus HP nya, charger, handset, covernya, dsb semuanya masih bagus dan akan segera dijual secara terpisah dengan harga terjangkau. ^^

Selama 2 minggu disana ga banyak emang aktivitas yang kita lakukan tapi emang pengalaman bisa hidup di suasana desa selama 2 minggu tanpa kekurangan apapun terasa sedikit membanggakan. Mulai dari pelatihan produk hingga lomba “rangking 1” kami lakukan. Mulai dari bertemu ibu-ibu hingga anak-anak SD semua kita alami. Panasnya kota jombang dan keterbatasan makanan berbau daging juga kita rasakan. Dan ternyata emang benar sepanas-panasnya kota Malang, masih lebih dingin daripada kota-kota lainnya diluar Malang.

Desa Ngusikan ini terbagi menjadi 5 dusun yaitu Dsn. Ngusikan, Dsn. Tanjung, Dsn. Jinggring, Dsn. Kambingan, dan Dsn. Balungrejo. Sepanjang penglihatan kami potensi utama daerah ini adalah tanaman tebu dan sedikit singkong. Kebanyakan warga didaerah ini bekerja sebagai petani penggarap meskipun ada juga putra daerah yang memiliki usaha di bidang perikanan ikan lele dan gurame serta peternakan burung puyuh. Adat istiadat jawa dan Islam masih berkembang dikalangan masyarakat.

Pertama kali tiba, kami beranggotakan 11 orang melakukan jalan-jalan malam menuju kerumah pak Kades yang berjarak 1-2 Km. Saat itu kurang lebih antara pukul 19.30 - 21.00 WIB. Malam-malam tanpa lampu penerangan jalan, hujan gerimis, jalanan becek dan bener-bener ga ada ojek. Mirip lagunya Cinta Laura. Sekarang aku jadi ngerti apa yang dirasain Cinta Laura pas nyiptain lagu yang sempet jadi trend di beberapa stasiun tv tersebut. Heheh….Jalanan di desa Ngusikan emang banyak yang rusak. Jalanan ini sering dilewati oleh kendaraan truk pengangkut tebu sehingga jalanan menjadi sangat licin dan becek apalagi saat hujan turun.

Selama dua minggu aktivitas kami di Desa Ngusikan, tidak ada sesuatu yang berkesan selain mengadakan kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Adapun yang kita alami disana adalah euforia kemenangan Spanyol di Piala Dunia, pengakuan Cut Tari, gugatan cerai istri Gugun Gondrong (Lhoo…lebih banyak nonton gossip tv daripada aktivitas lapang, hehehe…). Mulai dari pelatihan IT hingga produk olahan pangan. Rata-rata kegiatan kami di desa berlangsung lancar dan terkendali. Hingga pada akhir minggu kami mengadakan kuis “rangking 1” yang diadopsi dari acara Trans Tv setiap pagi kepada murid kelas 4-6 SD Ngusikan 1.

Namanya anak-anak, Beuuh..rame banget. Rame disini tidak hanya rame antusias tapi rame suara pendukung pada para peserta. Sudah dibilang ga boleh nyontek, tetep aja ngelirik. Para penonton uda dikasih tau untuk tidak memberi jawaban ke peserta tetep aja mereka teriak-teriak jawaban soal. Fufufu..emang lucu. Namanya juga anak SD. Kalo masyarakatnya yang ikut kuis, mungkin malah bisa terjadi tawuran antar warga (lhoo ^_^).

Tak terasa (baca: terasa sangat lama) sudah 2 minggu kami disana, di Kabupaten Jombang. Akhirnya tiba saat-saat untuk berpamitan. Emang bener ternyata kalo kita akan merasa memiliki setelah semuanya hilang. Ternyata waktu 2 minggu itu sebenarnya hanya untuk masa adaptasi saja karena dalam waktu 2 minggu itulah kita baru aja mulai dekat dengan masyarakat, tapi kita harus balik Malang. Aktifitas lain yang lebih berat “mungkin” menunggu. Dan ada rasa kehilangan yang aku rasakan. Kangen dengan suasana desa Ngusikan, rindu dengan 10 anggota kelompok yang lain, jajanan depan mesjid yang selalu ngumpul tiap sore, warung pojok “Nasikoe”, dan yang terpenting adalah rindu dengan hangatnya suasana pagi disana. Soalnya pas pulang ke Malang, sumpah tiap pagi di Malang dingin banget seakan-akan berada di dalam refrigerator. Brrrrr…

Jumat tanggal 16 Juli 2010 (Met ultah, buat yang ultah) merupakan hari terakhir kita disana. Setelah pamitan ke beberapa perangkat desa dan sholat Jum’at, kami langsung pulang menuju ke Malang. Aku sendirian naek motor lewat Mojokerto menuju ke Malang. Anggota lainnya numpang mobil fakultas lewat kota Batu. Sendirian naek motor ada serunya juga, dari Jombang sampe Malang balapan terus ama bus “Tentrem”. Sambil melihat-lihat kota Jombang, Peterongan, Mojosari, Japanan, Pandaan, Singosari dan MALANG. HHooorree!!!!! Alhamdulillah sampe dengan selamat di Malang jam 17.00 WIB, mampir kampus bentar buat ngambil tas, terus masuk rumah jam 18.00 WIB.

2 minggu memang terlalu singkat untuk meraih arti sebenarnya dari pengalaman ini.
Namun 2 minggu ini akan selalu terasa indah saat dikenang dengan segenap hati dan keikhlasan. Saat kita terbiasa dengan kegiatan yang jauh dari teknologi maka usaha kita akan terlihat lebih sungguh-sungguh dan bermakna. Begitupula teknologi tercipta untuk mempermudah bukan untuk menggantikan nilai yang terkandung sesungguhnya. Nilai yang sesungguhnya hanya terdapat dalam hati dan diri kita seutuhnya.

Begitulah, akhirnya sedikit jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota Malang berpindah kesuasana setengah desa di tepi kota Jombang. Sejenak melupakan aktifitas yang terlampau padat. Untuk kembali lagi meraih mimpi dengan usaha keras yang lebih dari sebelumnya.

Catatan ini dibuat untuk memperingati kematian HP Nokia 6020 di umurnya yang sangat muda yaitu 1 tahun 4 bulan

(Oleh: Gitgem)