Gemz Wardh

Live From Us to you who really care about word and life.

Powered By Blogger

Pintu Rumah Si "Mas"

Kalian pernah denger cerita tentang orang yang sering diketuk pintunya oleh seorang wanita dari luar, namun saat pintu tersebut dibuka tak nampak seorang pun di depan rumah tersebut?? Ini bukan cerita horor hanya cerita dari seorang yang pendiam dan yang menunggu untuk beranjak dewasa.

Karena suatu hal orang ini kemudian menutup pintu rumahnya rapat-rapat hingga tak pernah lagi ingin membuka pintunya barang sedikitpun hingga ia tumbuh dewasa dan berpenghasilan dan hingga dia benar-benar siap. Namun, tiba-tiba seorang wanita mendekati rumahnya. Wanita itu bahkan sering menyirami dan bercengkerama dengan tanaman yang dimiliki oleh orang tersebut, yang semenjak orang tersebut menutup pintunya, tanaman tersebut dibiarkan tumbuh liar dan tak terawat bahkan cenderung disebut layu. Padahal tanaman itulah yang sangat orang tersebut sayangi, bahkan hanya tanaman itu yang ia punya selama ini sebagai teman dekatnya. Kadang-kadang wanita itu sering memanggil orang yang berada di dalam rumah tersebut dengan sebutan "Mas".

Mas sebenarnya ingin menyapa wanita tersebut, namun dia selalu teringat dengan komitmennya yang tak akan pernah membuka pintu rumahnya hingga dia benar-benar siap dan mapan. Butuh sebuah tekad yang kuat untuk menelah ludah sendiri. Begitulah yang dialami mas setiap hari. Hari demi hari hanya bisa memandang wanita tersebut dengan perasaan yang bercampur aduk. Hingga pada suatu malam, ia telah bertekad untuk menelan komitmen yang telah ia ucapkan pada esok paginya.
Keesokan paginya, bahkan pagi-pagi sekali Mas membuka pintu rumahnya lebar-lebar dengan harapan bisa menyapa wanita tersebut, bercengkerama, sekaligus meminta maaf karena tidak pernah menyahut panggilannya. namun yang terjadi, wanita itu tidak pernah berkunjung di hari-hari selanjutnya berminggu, bahkan berbulan-bulan. Wanita itu telah pergi saat Mas telah melanggar komitmen yang telah ia buat sendiri dengan mempertaruhkan kehidupan pribadinya.

Suatu saat, tiba-tiba datang seorang wanita lain. Kali ini wanita tersebut kadang berkunjung bersama ibunya. Sering ia mengetuk pintu rumah mas atau paling tidak menyapa mas lewat jendela disamping pintu utama yang sengaja Mas buka sebagai tanda sedikit kesiapan Mas, meskipun pintu utama kembali ditutup dengan rapat. Mas pun ingin menyapa dan menegurnya, namun ia takut terhadap apa yang telah ia alami sebelumnya,sehingga ia pun urung. Tak berapa lama, Mas pun mengambil resiko untuk menegurnya. Semula ia telah bertemu dengan ibunya yang periang, namun Sang Anak ternyata tidak ingin masuk kedalam rumah untuk sekedar berkunjung dan meminum secangkir teh kombucha manis. Sang anak lebih suka berkunjung ke rumah orang lain yang berada di lain gang di kompleks kampung "Pangan"
Meskipun begitu, saat ini sang anak masih sering menyapa mas lewat jendela, meskipun tidak seceria dulu namun mas masih dapat melihat wajah sang anak meskipun hanya melalui jendela kecil berukuran 0,5x1 meter.

Stelah beberapa minggu berselang dari peristiwa kedua, seorang wanita yang dulu sering ia pandangi dari kejauhan dan sering Mas undang untuk mampir berkunjung kedalam rumahnya kini mulai mendekat. Dahulu wanita ini tidak pernah mau berkunjung bahkan sekedar hanya untuk melewati depan rumah Mas pun dia tidak pernah. Ia pun secara terang-terangan mengakui pada Mas bahwa ia tak menyukainya sedikitpun sejak ia menyapa wanita tersebut. Namun entah kenapa, wanita itu tiba-tiba telah berada di pintu pagar sambil tersenyum. Namun senyum yang terkembang dari bibirnya yang indah tersebut masih sedikit memancarkan aroma kesedihan. Wanita ini masih misterius hingga sekarang, apakah dia juga sama seperti sebelumnya atau mungkin justru lebih buruk belum pernah terdengar dari cerita Si Mas.

Hal ini terjadi terus menerus, berulang-ulang dengan cara yang berbeda. Sering kali Mas mengalami hal yang sama dengan tidak menjumpai siapapun saat membuka pintu rumahnya, saat ia mempersilahkan tamunya, dan membuka jendela rumahnya. Bahkan hingga tak seorang pun mungkin peduli terhadapnya. Hingga tidak sadar bahwa umurnya kini telah menginjak kepala dua. Ia menjadi takut, putus asa, tanpa gairah hidup, untuk tumbuh dewasa tanpa pengalaman tersebut. Apalagi para tetangganya yang lain yang sebaya telah merasakan pengalaman tersebut dan sering dibanggakan oleh mereka. Mungkin jika Tuhan tidak bersamanya, mungkin leher Mas telah berada menggantung diatas perapian dengan selendang yang melindungi lehernya dari panasnya api perapian.

Sulitnya pengalaman itu. Pengalaman dalam menuang secangkir teh dengan aneka jenisnya kedalam cangkir milik seorang wanita yang ia dambakan. Rumah Mas di jalan hati dan jenis tanaman itu Mas sebut Cinta.